Mengungkap Sejarah TPU Jeruk Purut

Sejarah TPU Jeruk Purut


         Siapa yang tidak segan ketika mendengar Tempat Pemakaman Umum Jeruk Purut. Berletak di bilangan Jakarta Selatan dengan pemakaman yang membentang luas sebesar 13 Hektar. Jeruk Purut merupakan salah satu TPU yang dirawat dengan baik di Jakarta.  

         Pemakaman yang mulai digunakan oleh warga sejak 1978 itu ternyata mempunyai berbagai macam cerita. Menurut legenda setempat. Konon, ada hantu pastur dengan kepala terpenggal, yang kepalanya selalu berada dalam genggaman tangannya dan selalu ditemani oleh sesosok anjing hitam besar.

            Konon, hantu pastur ini ‘salah pulang’. Ia mencari-cari makamnya yang sebenarnya terletak di TPU Tanah Kusir dan bukan di TPU Jeruk Purut. Hingga saat ini keberadaan cerita tentang hantu pastur jeruk purut masih menjadi legenda horor. Jika ada yang ingin menemui hantu pastur dengan kepala terpenggal ini, anda harus datang pada malam jumat dengan jumlah ganjil. Cerita ini pun menjadi dasar dari film Hantu Jeruk Purut  yang diarahi oleh sutradara Indonesia, Koya Pagayo, pada tahun 2006. Pada peluncuran perdana film sempat menuai protes dari warga asli Jeruk Purut dengan kisah hantu-hantuan yang terlalu mendramatisir.

            Untuk menggali berita dan informasi mengenai TPU Jeruk Purut, saya dan seorang teman yang bernama Aden mendatangi pemakaman tersebut. Saat itu hampir pukul 9 malam, ketika kami melewati gerbang masuk TPU dan turun dari kendaraan. Hening, sekeliling kami adalah pemakaman. Kuburan. Dengan lampu penerangan yang tidak terlalu terang, pepohonan besar dan rindang, hanya terdengar suara serangga malam dan sesekali terdengar suara kendaraan bermotor lewat di pesisir makam. 



Heri Sussana dan Suhendar

            Ditengah-tengah suasana menegangkan yang kami rasakan, sedikit mencair ketika kami bertemu dengan Suhendar (55) dan Heri Sussana (50) yang diketahui ditengah-tengah pembicaraan ternyata mereka adalah sepasang suami istri. Dan Atin Soneta (43) adik dari ibu Heri yang juga bekerja sebagai perawat makam dan kordinator tenda pemakaman. Hendar, begitu dia di sapa akrabnya adalah seorang pemahat batu nisan asli dari Jepara, dia sudah bekerja sebagai pemahat batu nisan di TPU Jeruk Purut dengan didampingi ibu Heri sejak tahun 1981. Selain menjadi pemahat nisan, dia juga dipercaya oleh kepala TPU Jeruk Purut untuk mengkordinasi anak muda di lingkungan sekitar Jeruk Purut.“Bang Hendar yang dituakan disini, kalo gak ada bang Hendar saya gatau gimana ceritanya. Mereka berdua udah di makam ini berpuluh-puluh tahun,” tegas Atin Soneta sembari melahap tahu goreng yang dibawakan ibu Heri. 

Pembicaraan mencair perlahan, terkadang terselip beberapa tawa di setiap perbincangan. Kami rasa ini waktu yang tepat untuk menggali cerita tentang TPU Jeruk Purut. Hendar menyatakan bahwa dirinya siap menjadi narasumber, disertai dengan ibu Heri dan Atin Soneta. Selama berita yang dibutuhkan masih dalam ruang lingkup Jeruk Purut dan berita tersebut disampaikan secara benar. ”Apa yang dibutuhkan disini saya bantu. Banyak juga kok mahasiswa dan pelajar kesini nanya-nanya sekitar Jeruk Purut. Ada yang buat tugas dan karya ilmiah,” ucap Heri Sussana.

“Dulu disini belum ada lampu. Rumah masih gubuk, ambil air dari sumur dan lampu masih petromak,” ucap Suhendar.

            Menurut Atin, hantu pastur kepala buntung itu hanya sebuah mitos yang berkembang dimasyarakat.Hantu pastur kepala buntung itu mitos dan cerita yang berkembang di masyarakat aja. Ibu Nani yang udah lama tinggal disini, sekarang umurnya mau 90-an aja gak tau menau tentang cerita itu. Gimana kita yang masih muda dibanding dia,” tutur Atin. Lalu darimana cerita ini bisa muncul dan menjadi legenda dari Jeruk Purut ?

“Gausah jauh-jauh kalo mau lihat hal gaib. Sekarang kamu duduk dibawah pohon itu, terus saya tinggal. Gak lama juga si cantik turun dari pohon,” ucap Hendar yang membuat pembicaraan semakin serius. Memang pohon didekat kami sangat besar, letaknya pun di apit oleh makam. Akarnya pun besar-besar. Mungkin disana ada kuntilanak pikir kami.

Setelah keluarnya film hantu pastur Jeruk Purut. Banyak sekali segerombolan anak muda yang datang kesini hanya untuk membenarkan keberadaan tentang hantu pastur itu.”Ya, mereka kesini sering banget, hampir setiap malam pasti ada yang datang. Cuma mau tau aja bener gak ada hantu pasturnya,” jelas Atin sambil menunjuk segrombolan anak muda yang baru saja pulang.

Akibat ajang uji nyali, menurut Atin tidak sedikit dari mereka yang menjadi tumbal. Ada yang kesurupan dan ada juga yang diikuti sampai kerumah.”Pokoknya kalo wanita lagi datang bulan jangan kesini. Kuntilanak dan setan suka yang amis-amis,” jelas Atin.

Dengan kemurahan hati Atin, Hendar dan ibu Heri menemani kami mengelilingi pemakaman sekaligus menceritakan banyak hal sepanjang perjalanan. Percayalah, makhluk dari alam lain itu pasti ada, kita hidup dengan 2 alam dan mempunyai kehidupannya masing-masing.”Subhanallah, alam ghaib itu nyata. Yang namanya pocong, kuntilanak, tuyul itu ada. Apalagi ini pemakaman, kita dikerjain, ditimpuk, diketawain itu pernah. Saya yakin para penduduk sekitar sini juga punya ceritanya masing-masing,” tutur Atin sambil menelusuri jalan pemakaman menuju tempat-tempat kramat.

Setapak-demi setapak kami rasa semakin menjauh dari cahaya lampu, helai rumput yang terasa semakin basah dan wangi yang masih menyengat tercium. ”Iya, itu tadi sore baru nguburin satu orang. Itu makamnya, masih wangi kan,” tutur Atin dengan nada datar seakan tidak ada rasa takut yang mengelilinginya. Malah yang lebih meringis lagi, Atin menuturkan bahwa pernah ada sebuah pemakaman yang aneh di Jeruk Purut ini. Bagi seorang umat muslim sudah seharusnya tali pocong dibuka sebelum jenazah dibalikan menghadap kiblat. Namun, keluarga meminta untuk tidak melepas tali pocong tersebut, akhirnya arwahnya masih gentayangan.

Suasana pada malam itu


Di TPU Jeruk Purut terdapat 4 tempat kramat. 3 diantaranya seram, dan satu lagi adalah makam habib.

  • Pohon Benda
Menurut Suhendar, pohon benda adalah tempat yang paling kramat. Pada saat shooting sebuah acara televisi. Ketika pencahayaan mengarah ke atas pohon, ular berkepala manusia terlihat turun dari pucuk pohon ke bawah tanah. Sayang kejadian ini tak sempat terekam. Tapi ini nyata.

Apa sih pohon benda itu ? Pohon benda adalah sejenis pohon yang tinggi besar, sebesar pohon beringin. Pohon itu hingga kini masih berdiri kokoh di pojok TPU Jeruk Purut.”Pohon benda pasti ada penunggunya. Kalo pohon benda emang kenyataan, kita juga habis maghrib gak berani lewat sana. Bukan rekayasa, kita pernah ngalamin sendiri. Ular turun besar banget dari pohon benda,” sambung Atin menambahi kisah dari pohon benda.

Di pohon benda itu Ki Joko Bodo pernah melakukan pertapaan selama 2 hari pada pertengahan tahun 2005. Selanjutnya pernah ada seorang warga yang berasal dari Bogor melakukan ritual yang sama seperti Ki Joko Bodo, namun menyerah dan tidak sanggup.

Pada pohon benda terdapat keris yang diincar oleh para pemilik kekuatan spiritual. Namun upaya pengambilan keris itu seringkali tidak membuahkan hasil. Jika ada yang bisa mengambil keris yang ditanamkan di dalam pohon benda, menurut Atin maka akan sakti orang tersebut.

  • Sumur Dua
Kalau berbicara tentang sumur berhantu, pikiran kami langsung tertuju pada film The Ring. Saat Sadako, sosok hantu wanita yang berjalan merangkak keluar dari dasar sumur dan tiba-tiba ada dihadapan kita dengan kedua mata yang melotot seperti ingin keluar dari rongga mata. Sumur tua memang identik dengan mistis. Apalagi dibandingkan dengan sumur dua TPU Jeruk Purut, dengan jarak yang berdekatan terdapat dua buah sumur, untuk apa ?.

Suhendar menjelaskan bahwa tidak pernah terjadi apa-apa di sumur itu. Cuma memang yang namanya sumur identik dengan mistis, apalagi posisinya ditengah-tengah kuburan. ”Dulu sumur ini ada buat nyiramin makam-makam di Jeruk Purut, Cuma saya enggak tahu kenapa bisa ada 2 sumur, di deket situ juga ada pohon kembar,” tutur Hendar.

Sejenak kami teringat dengan sumur Lubang Buaya yang terletak di Pondok Gede, Jakarta Selatan. Dimana sumur itu erat kaitannya dengan peristiwa G30S/PKI. Disumur itulah ditemukan 6 jenazah jendral dan seorang letnan TNI yang tewas pada pembantaian 30 September 1965. Yang kini disekitar sumur tersebut dibangun musem dan monumen Pancasila Sakti untuk mengenang ketujuh pahlawan revolusi tersebut. Namun konon cerita, pada malam hari disana sering terdengar suara pasukan baris-berbaris.

  • Pohon Asem
Banyak kejadian menyeramkan di pohon asem ini. Letaknya berada di sisi dari jalan raya besar di pinggiran TPU Jeruk Purut. Menurut Atin, di depan pohon asem ini sering terjadi kecelakaan. Dari kecelakaan ringan, hingga yang meninggal ditempat.”Banyak banget kecelakaan disana. Waktu itu saya pernah lewat sana, terus ada suara yang ngebisik ditelinga saya ‘mau kemana ?’,” ucap Atin.

Menurut penuturan ibu Heri, sang istri dari bapak Suhendar dan kakak dari Atin Soneta. Dulu di pohon asem ini pernah ada sebuah acara televisi yang sering menayangkan uji nyali di tempat-tempat seram. Namun, karena sebelumnya tidak meminta izin atau mengucap selamat datang kepada makam Syeikh Waliallah Wan Salim, kelima kru dari acara televisi tersebut kesurupan. Siapakah Syeikh Waliallah Wan Salim ?

  • Kuburan Keramat Syeikh Waliallah Wan Salim
            Syeikh Waliallah Wan Salim atau biasa disebut Habieb Salim. Lantas siapa habib salim ini, beliaumerupakan keturunan dari seorang wali Al Imam Al Arif Billah Sayyidina Al Habib Hasan bin Muhammad Al Haddad Husain Ass Syafi’I Sunnira yang lebih dikenal dengan Mbah Priok

           Habieb Salim telah meninggal ratusan tahun lalu. Beliau merupakan tokoh islam yang dikagumi oleh rakyat Jakarta pada waktu itu, terlebih di daerah sekitar Jeruk Purut. Makamnya berada di tengah-tengah pemakaman dengan ukuran 6x6 meter.

            Ketika kami berada di makam Habieb Salim, kami hanya melihat dari luarnya saja. Saat ini juru kunci dari makam habib salim dipegang oleh H. Ahmad Fariz. Makam tersebut berada di dalam sebuah bangunanberbentuk rumah, yang dimana berisi makam kakek, nenek, istri dan anak-anaknya. Secara keseluruhan ada 6 makam di dalam rumah yang terletak di tengah-tengah TPU Jeruk Purut itu.

Makam Habieb Salim disebut keramat, karena sering digunakan masyarakat untuk memperlancar permintaan. Hal ini dijelaskan oleh Suhendar yang mengetahui seluk beluk tentang pemakaman ini.

“Ya, paling minta buat kelulusan ujian. Kalo enggak biar dapet kerjaan, kalo sudah terpenuhi minimal harus bawa seekor ayam hidup kesini, buat warga sini juga,” ucap Suhendar.

Atin menambahkan, dulu pernah ada warga asli Jeruk Purut yang menjual kelambu dari makam Habieb Salim. Kejadian sekitar tahun 85 ini menewaskan maling tersebut secara tiba-tiba.

  • Pemakaman Orang Terkemuka
 Makam Almarhum Chrisye

Sekitar 20 ribu jenazah telah dimakamkan di TPU Jeruk Purut. Beberapa diantaranya berisi nama-nama besar dari berbagai elemen kehidupan. Seperti yang diceritakan Atin ketika kami sampai di depan makam Chrisye. Proses pemakaman Chrisye itu pemakaman yang paling ramai menurutnya. Sederet kendaraan terjejer berbaris yang memberikan kesempatan kepada para pencuri. Dari dalam hingga luar pemakaman semuanya ramai.

            “Waktu itu saya jagain kendaraan diluar. Yang namanya maling banyak banget waktu itu, apalagi ditambah hujan deras. Jadi saya jaga kendaraan aja diluar. Berapa maling yang ketauan waktu itu terus saya pukulin, saya lupa jumlahnya,” tutur Atin. Seperti yang diketahui, penyanyi terbaik Indonesia, Chrismansah Rahadi atau biasa disapa Chrisye tutup di usia 58 tahun pada 30 Juli 2007, setelah setengah tahun berjuang melawan kanker paru-parunya.

            Hampir setiap hari ada yang berpulang dan melangsungkan pemakaman di TPU ini. Menurut Atin paling lama per tiga hari itu pasti ada yang disemayamkan.”Saya dan kawan-kawan selalu siap 24 jam disini. Jam berapapun proses pemakaman dibutuhkan, saya dan kawan-kawan selalu siap sedia,” ucap Atin.

Setelah beberapa waktu kami beristirahat dari perjalanan mengelilingi makam. Kami menghampiri makam sang Lupus Indonesia, siapa lagi kalo bukan Ryan Hidayat. Sekeliling makamnya dipenuhi dengan pohon yang tinggi, kami masih ingat di belakang kami terdapat pohon yang sangat besar. Atin bercerita tentang pemakaman yang berlangsung pada saat itu, karena posisinya sudah sebagai kordinator tenda. ”Pada saat pemakaman Ryan, Naudzubillah. Tenda yang saya pasang TERBANG (Terbang men terbang). Padahal cuaca lagi bagus-bagusnya. Banyak banget kendala dalam proses pemakamannya,” tegas Atin yang bercerita di hadapan makan Ryan Hidayat bersama kami.

            7 hari setelah Ryan Hidayat berpulang, ibu Heri memiliki cerita tersendiri yang berhubungan dengan pemakamannya. Malam itu tepat 7 hari saat ibu Heri pergi ke sebuah warung saat mencari keponakannya di tengah-tengah jalan pemakaman. Sesampainya disana, ibu Heri melihat sesosok pria mengenakan pakaian serba putih sedang menundukan kepala. Dalam jarak dekat ia menyapa sesosok pria itu. Ketika menengok, spontan ibu Heri membuang muka karena ia melihat wajahnya yang rata.

Itu Ryan, saya bisa ngerasain. Kasihan dia jadi begitu,” ucap ibu Heri. Setelah kejadian itu pun dia sempat sakit selama seminggu, dikarenakan urat di belakang lehernya yang spontan menoleh kaget ketika melihat sosok itu. “Pokoknya saya sakit seminggu, itu leher saya rasanya sakit banget soalnya kan spontan buang muka pas liat mukanya yang rata,” tambah ibu Heri.

            Selain itu di Jeruk Purut terdapat makam nama-nama besar lainya. Seperti, Makam Adjie Massaid, Joesoef Isak, Mochtar Lubis, Omar Dhani lalu istri dari Almarhum Jendral Anumerta  Ahmad Yani. “Saya pernah nanya ke keluarga pejuang kenapa jenazah enggak di makamin di Kalibata. Kata mereka, ingin dimakamkan bersama rakyat,” ucap Atin. Bagi kami  kata-kata yang keluar dari mulut keluarga pejuang itu sungguh mengharukan.


  • Anakku sayang, Anakku malang


 Makam Arie Hanggara

           Dari sekian banyak pengurus dan penjaga di TPU di Jeruk Purut. Mereka semua sangat menyayangi sebuah makam dari awal mereka bekerja disana. Makam Arie Hanggara, si anak malang. Arie, bocah kecil yang lucu itu tewas dianiaya oleh orang tuanya menjadi air mata kesedihan bagi para penjaga di Jeruk Purut.

Ada yang bilang ibukota lebih kejam dari pada ibu tiri. Tapi ibu tiri yang satu ini jauh lebih kejam. Arie Hanggara, bocah berumur 7 tahun itu tewas dianiaya orang tuanya sendiri. Peristiwa pada akhir November 1984 itu tiba-tiba menyentak perhatian publik.

            Akibat himpitan kebutuhan ekonomi membuat sayang ayah (Machtino bin Eddiwan) dan sang ibu (Santi bin Cece) menjadi gelap mata dan ringan tangan. Hingga suatu ketika Arie dituduh mengambil uang lalu dipukuli dan disiksa hingga menemui ajal di tangan orang yang seharusnya melindunginya.

            Kisah nyata ini diangkat menjadi sebuah film layar lebar arahan sutradara Franky Rorimpandey, dan dibintangi oleh Deddy Mizwar, Joice Erna.

            Makam Arie Hanggara anakku sayang anakku malang kini sudah tidak terawat. Menurut pernyataan Suhendar yang sudah berpuluh-puluh tahun berada disini, sudah lama tidak ada yang mengunjungi makamnya. ”Sudah bertahun-tahun keluarganya gak ada yang dateng. Dulu masih suka ada anak sekolah dari luar Jakarta yang ke makamnya. Tapi sekarang udah gak ada sama sekali,” tutur Suhendar.

             “Barangkali ada ibu atau kerabat yang terketuk hatinya untuk merawat makam anak malang ini,” sambung Atin.

            Menurut ibu Heri bukan karena pihak TPU tidak memiliki dana untuk merawat makam Arie Hanggara. Sementara di TPU ini saja sudah ada 20 ribu makam, dan melakukan pembagian perawatan bagi setiap makam yang terlantar itu tidak mudah.

            Setelah kami menghabiskan langkah kaki kami mengelilingi pemakaman. Malam semakin gelap, suara serangga masih terus terdengar. Kami duduk di sebuah pos TPU untuk meregangkan kaki. Terlihat di sisi kiri kami terdapat sebuah taman dengan tempat duduk dan pohon belimbing disekitarnya. Ditempat itu, Atin pernah berjumpa dengan kuntilanak laki-laki.

            Walaupun mereka bekerja sebagai pemahat batu nisan, penggali kuburan, pengurus tenda pemakaman dan lain sebagainya. Mereka mengaku sangat menikmati pekerjaan mereka. Mereka memilih hidup sebagai orang sederhana dibandingkan bergelimpang harta. ”Saya punya rokok satu aja bahagia. Masih bisa ngerokok. Kalo orang kaya kan sikut-sikutan kerja, belum nanti mikirin pas meninggalnya gimana,” jelas Hendar.

            “Jenazah yang kuburannya sempit itu nyata, jenazah yang di liang lahat ada ularnya itu nyata, atau yang sampai harus di injek sama kyai baru bisa dikubur ? itu nyata,” ucap Atin. Ketahuilah bahwa memang kuasa Allah adalah kuasa yang paling besar, kita semua kelak akan berserah diri kepadanya.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Pondok Terong

Sejarah Dan Asal Mula Citayam Depok